Minggu, 18 Juli 2010

karma untuk ayah ku

Lelah sudah aku bertahan dalam hinaan mu ayah,kini telah genap 17 tahun kau tak pernah bertanggung jawab atas diri ku sebagai anak mu. telah jutaan janji menumpuk dalam memory ku akan kata mu memberiku kabahagiaan… meninggalkan aku dan umi dalam kesendirian… dan lebih memilih wanita lain yang kini akhirnya menyiksa mu dengan keterpurukan. andai kau tau betapa rindunya aku akan hangat nya kasih sayang seorang ayah…
Siang itu sepulang sekolah,aku mendengar berita kabar burung bahwa ayah ku itu telah pulang dari berlayar. “ terus?? Toh dia juga gakkan ngasih aku apa-apa,dia bukan ayah ku… kalau dia ayah ku,dia pasti takkan meninggalkan ku “ itulah respon yang keluar saat ku tau dia telah pulang.
Bosan sudah aku,rasanya telinga ini tuli jika mendengar janji-janji nya yang sudah sering ia khianati. tak pernah terbukti… sempat dia berjanji membelikan ku sepeda motor saat SMP ketika baru saja pindah kemari. Dia datang kerumah tapi tak memberi ku apa-apa. Jujur aku iri saat melihat teman yang kebetulan mereka bernasib sama sepertiku,ayah mereka masih tetap bertanggung jawab dan memberi meski telah bercerai. Saat itu aku tau aku tak butuh motor itu. Karma ku tau ayah tiri ku pun bisa memberiku lebih dari sekedar motor. Dia berjanji memberi ku motor bila aku ikut dengan nya.

“ nur… nanti pulang sekolah coba kamu tagih janji ayah mu itu,biar kamu tau bagaimana sifat ayah mu yang sebenarnya. Tapi jangan sampe abi mu tau ya…” perintah umi.
“iya mi… insyaallah entar nur mampir…” jawab ku.
Jujur… aku sungguh tak butuh motor itu,yang aku butuh hanya kepastian tentang ayah ku. Dari sekian orang yang ku kenal dan yang mengenal ku,mereka bercerita tentang busuk nya ayah dan mengagungkan umi. Tapi umi adalah wanita terhebat yang ku tau… mendengar cerita kebanyakan dari kejinya sikap ayah yang tak manusiawi meninggalkan ku saat masih dalam kandungan dan busuk nya tingkah laku nenek ku yang selalu mencoba untuk membunuh ku, agar ayah dan umi terpisah… ayah berat meninggalkan umi karma saat itu umi tengah mengandung aku… tapi luar biasanya umi masih tetap memberiku kesempatan untuk bertemu dengan lelaki busuk yang telah menyakiti nya dan membiarkan aku menilai sendiri bagaimana tentang nya tanpa harus beliau berkata. Itu sebab nya kenapa umi menyuruh ku untuk berpura-pura menagih janji pada ayah ku itu.
Tok tok tok… “ assalamualaikum… “
“ wa alaikumsalam… eh ayu… masuk yu,maaf rumah nya berantakan “
“ iya yah… gak pa-pa “
Oh iya lupa… sebelum umi dan ayah bercerai dan akhirnya aku mendapat abi baru… ayah sempat meninggalkan nama kecil,yaitu.. “ ayu anggraeni “ hanya sekedar nama doank sih… bukan sebuah peninggalan yang berarti bagi ku,tapi kini aku telah berganti nama beberapa kali karna sering sakit,,,, dan ayah masih memanggil dengan sebutan “ ayu “
“ eh… ada ayu… baru datang sekolah yu? “ sapa mama tiri ku yang biasa terlihat judes itu,meski ia tersenyum namun tetap masih terpampang jelas raut nya.
“ iya ma… “ jawab ku singkat.
“ ayah mandi dulu mau sholat sebentar…” kata ayah sambil bangkit dari duduk nya,aku hanya mengangguk mendengar katanya.
“ tumben kesini… ada perlu apa? “ Tanya mama tiri ku dengan raut muka judesnya.
“ tuhhhh… kan anak baru main malah dikatain begitu… bikin bad mood aja…” kesal ku dalam hati.
“ yu…… ko diem “ sapa mama tiri ku sambil memegang pundak ku.
“ emmm anu… gak pa-pa ma… “ jawab ku gugup. Gubrak dahhhh… aku ngelamun ternyata.
“ mama tinggal ke dalam ya…” aku hanya mengangguk sinis,dan dia berlalu.
Hmmm… ngeselin banget tu orang! Masa anak nya sendiri main gak boleh? Idihhhh mending mah kalau orangnya cantik,,,, ini mah…… hiiiiiiiii astagfirullahal ‘adziiiimmmmmm… aku bicara apaan sih… aduhhh jadi mikir yang enggak-enggak deh hehehe…
“ yu… gak makan dulu? Nanti lapar lho….” Tanya ayah.
“ enggak yah, lagi gak nafsu… ayu kesini cuman mau minta motor yang ayah bilang…” terang ku sambil mengerutkan dahi ku.
“ ayah belum beli yu… lagi pula kamu juga belum mahir benar cara naik motor” jawab nya mengelak.
“ emmm kalau gitu… mana duit nya aja biar ayu beli sendiri… “ pinta ku ketus.
“ ayu gak pernah minta apa-apa sama ayah,dan ayah gak keluar sepeserpun buat ayu…… ayah ini ayah nya ayu apa bukan sih ? “ lanjut ku kesal.
“ ya allah ayu… ayah tau ayah salah… ayu dari pondok kan? Harus nya ayu bisa maafin ayah…”
“ hah? Maafin??? Ayah ingat enggak waktu ayu operasi dulu? Ayah datang gak? Enggak kan!!! “ teriak ku.
“ ayah gak pernah ada buat ayu... ayah bukan ayah ayu! Oke… mungkin ayu bisa maafin terus gimana dengan umi?? Ayah ninggalin umi gitu aja! Pengecut!! Ayah akan rasain apa yang ayu rasain,ingat itu yah “ lanjutku memaki nya.
“ ayu ikut ayah dulu… nanti ayah kasih… nanti ayu ayah kuliahin di jogja…” bujuk nya licik.
“ enggak yah… makasih… mending ayu pulang…… wassalam…”
Tanpa menoleh sedikitpun aku terus saja menangguhkan langkah ku agar cepat-cepat pergi dari sini,dan melupakan apa yang terjadi.
“ uhhhhh enak aja tu kalau bicara,,, umi yang ngerawat susah payah… banting tulang kesana kemari sedirian sampe aku gede. Sekarang giliran uda gede mau ambil gitu aja… dasar… semoga allah membukakan hati mu yah…” jerit ku dalam hati.



Sudah hampir 3tahun aku tak mendengar kabar tentang ayah ku itu,karna memang aku tak mau tau… siang itu sepulang mendaftar dari kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya,umi bercerita ada beberapa ibu rumah tangga yang menuturkan bahwa ayah ku itu menjadi buruh serabutan,dia di pecat dari pelayaran… montang-manting kesana kemari cari kerjaan… istrinya sering memaki ayah,menyuruh ayah melakukan semua pekerjaan rumah,seperti mencuci,ngepel dll. Istri nya tak mau jatuh miskin sedangkan ayah sendiri tengah berusaha mencukupi… Aku melihat bulir-bulir air mata umi tergerai memerah begitu nampak oleh ku ketika umi menuturkan cerita itu pada ku.
Seketika hati ku bagai tersambar petir yang membelah pendirian ku…
Aku begitu terharu tentang sikap umi yang begitu tulus dan hati yang sangat putih… nahkan kalau ku pikir, tak pantas kalau umi bersuami dia,dan aku bersyukur akhirnya sekarang umi menikah dengan abi (ayah tiri ku) mungkin aku kecewa dan marah karna tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah,tapi kini aku bersyukur dan mengerti bahwa allah selalu punya rencana terbaik bagi hambanya yang tabah… dan alhamdulillah… abi yang sekarang lebih dari seorang ayah tiri,aku bangga memiliki beliau…
Dan buat ayah… semoga allah meringankan cobaan mu yah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar